Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah
marketer atau lebih lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion
Girl) sudah sangat familiar di telinga kita, sehingga saking
familiarnya, laki-laki yang jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang
bener adalah SPB (Sales Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh
dari sebuah usaha. Tanpa marketing usaha apapun tidak akan laku. “Bagaimana mau beli, tahu aja kagak”, begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang “bukan hanya usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual”
Ya.. kita harus menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita.
Tanpa marketing diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya
kemampuan dan hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah
presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan “serahkan Jakarta pada ahlinya”. Buktinya? Dah mau pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah… namanya juga iklan. Jangan-jangan logika yang ada di kepala incumbent “kalau mau terbukti, kasih aku kesempatan sekali lagi” Beh…
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin “selalu diukur” agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam